Komponen Pembentuk Profil Risiko

Komponen Pembentuk Profil Risiko

Komponen Pembentuk Profil Risiko

Komponen Pembentuk Profil Risiko
Investasi merupakan salah satu strategi untuk meraih tujuan. Jadi, investasi bukan merupakan tujuan finansial. Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih produk investasi yang sesuai, yakni tujuan dan profil risiko diri sendiri.

Contoh dari tujuan finansial misalnya membentuk dana Haji ONH Plus dalam 3 tahun. Strateginya yaitu berinvestasi di reksadana campuran. Sementara, profil risiko adalah seberapa tinggi toleransi Anda dalam menerima berbagai risiko investasi yang menyertai, terutama risiko naik-turun harga dan risiko seberapa cepat investasi dapat terjual menjadi dana kas tunai.

Profil risiko seorang investor secara umum terbagi menjadi tiga karakter utama yakni konservatif, moderat, dan agresif. Kemungkinan Anda tergolong investor dengan profil risiko konservatif jika Anda adalah seseorang penabung tulen. Sementara, jika Anda tergolong masih di usia produktif dan sangat ingin melihat nilai investasi Anda tumbuh di atas rata-rata bunga deposito, maka kemungkinan besar Anda tergolong investor dengan profil risiko agresif.

Menurut Prita H. Ghozie, seorang perencana keuangan, ada enam komponen yang membentuk profil risiko seseorang. Berikut ini komponen-komponen tersebut.

1. Umur dan Tahapan Kehidupan
Pada umumnya semakin muda seseorang, maka semakin lebih agresif. Investor muda akan lebih berani untuk memilih produk keuangan seperti reksadana saham karena mengharap imbal hasil yang lebih tinggi walaupun investasi tersebut lebih berisiko.

2. Jangka Waktu Investasi
Semakin lama jangka waktu untuk berinvestasi yang Anda punyai, maka Anda masih dapat mentolelir kesalahan-kesalahan dalam berinvestasi dan seharusnya mampu menerima kemungkinan naik-turun nilai investasi dalam jangka pendek.

3. Kebutuhan Likuiditas
Anda termasuk konservatif bila Anda tipe orang yang baru merasa aman jika memiliki dana tunai yang siap sedia. Saham dan emas merupakan beberapa contoh investasi dengan risiko tinggi juga dapat likuid. Namun, nilai investasinya belum tentu sesuai dengan apa yang Anda harapkan ketika ingin menjualnya.

4.  Tingkat Imbal Hasil yang Anda Cari
Anda harus siap untuk menerima risiko yang lebih besar bila tingkat imbal hasil yang dicari semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam mengalokasikan aset investasi, Anda harus lebih agresif.

5. Toleransi Terhadap Risiko Investasi
Biasanya, hampir setiap orang merasa dirinya adalah investor dengan profil agresif ketika kondisi pasar keuangan terutama saham sedang baik. Ketika kondisi pasar mulai menurun atau bergejolak, di sinilah profil risiko Anda sesungguhnya akan diuji.

Apa reaksi Anda jika melihat nilai investasi yang baru ditempatkan selama tiga bulan kemudian turun hingga 10 persen? Bila Anda langsung sesak napas dan tidak dapat tidur nyenyak, maka kemungkinan besar profil Anda sebenarnya konservatif.

6. Tingkat Literasi Keuangan
Rasa takut muncul karena perasaan aman yang kurang. Anda tentu akan mencari aman dengan berinvestasi di tempat yang "aman-aman" saja di sudut pandang nilai investasi tidak mungkin turun dan kapan pun dapat dilikuidasi.

Padahal, bila berniat mempunyai dana pendidikan untuk kuliah anak yang masih berumur 5 tahun, misalnya menempatkan dana di tabungan pendidikan dengan imbal hasil setara deposito, tentu saja menjadi "tidak aman". Anak Anda dapat terancam putus sekolah akibat dana pendidikan yang terbentuk kemungkinan besar tidak mencapai target.

Mempunyai rencana keuangan merupakan cara termudah untuk memilih investasi dengan tepat. Setiap penghasilan yang diperoleh secara jelas memiliki alokasi masing-masing yang sudah dipilih dan jumlah investasinya juga dapat lebih optimal.

Sumber: Tabloid KONTAN No. 46-XVII,2013

Share this:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments

Advertisement